Rabu, 24 September 2008

Lailatul Qadar

Keutamaannya sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya Al Quran Al Karim yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Ummat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini (malam Lailatul Qodar/Nuzul Qur’an, red), akan tetapi mereka bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.
Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Qur’aniyah dan hadits-hadits Nabawiyyah yang shahih yang menjelaskan tentang malam tersebut.
1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman (yang artinya),

[1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 - 5]

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan nan penuh hikmah,
[3]Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [4] Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, [5] (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, [6] sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS Ad Dukhoon: 3 - 6]
2. Waktunya

Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yang ada dalam masalah ini berbeda-beda, Imam Al Iraqi telah mengarang satu risalah khusus diberi judul Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar, membawakan perkatan para ulama dalam masalah ini, lihatlah).

Imam Syafi’i berkata, “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, “Apakah kami mencarinya di malam hari?”, beliau menjawab, “Carilah di malam tersebut.”. (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/388).

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) “Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).

Ini menafsirkan sabdanya (yang artinya), “Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, maka barangsiapa ingin mencarinya, carilah pada tujuh hari yang terakhir.” (Lihat maraji’ diatas).

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda, “Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Laitul Qadar, tetapi fulan dan fulan (dua orang) berdebat hingga diangkat tidak bisa lagi diketahui kapan lailatul qadar terjadi), semoga ini lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain: tujuh, sembilan, lima).” (HR Bukhari 4/232).
Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum, sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah. Maka dengan ini, cocoklah hadits-hadits tersebut, tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisahkan.
Kesimpulannya, jika seseorang muslim mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari ppada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.
Paling benarnya pendapat lailatul qadr adalah pada tanggal ganjil 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, yang menunjukkan hal ini adalah hadits Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan dan berkata, “Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10 terakhir bulan Ramadhan.”
3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar

Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu, dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahalaNya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759)

Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata, “Aku bertanya, Ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?” Beliau menjawab, “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (HR Tirmidzi (3760), Ibnu Majah (3850), dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, halaman 55-57, karya ibnu Rajab al Hanbali).

Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaatiNya - engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan sholat) pada sepuluh malam hari terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu dan perbanyaklah amalan ketaatan.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).
Juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia berkata), “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR Muslim 1174).
4. Tanda-tandanya

Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dariNya dan membantu dengan pertolonganNya- sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.
Dari Ubay radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah.” (HR Muslim 1170. Perkataannya “Syiqi Jafnah”, syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadli ‘Iyadh berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.”)
Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).




Dikutip dari Sifat Puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Penerbit Pustaka Al-Mubarok (PMR)
penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata. Cetakan I Jumadal Akhir 1424 H. Judul asli “Shifat shaum an Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fii Ramadhan” Bab “Malam Lailatul Qadar” Penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Penerbit Al Maktabah Al Islamiyyah cet. Ke 5 th 1416 H.
Edisi Indonesia

Kamis, 11 September 2008

Renungan minggu 2

Renungan minggu 2 dalam bulan suci romadhan 09-2008 ini mengetengahkan fatwa Syekh Hassan al-Banna.yang mana di dalam minggu ke 2 ini kita dianjurkan untuk lebih dermawan.dan lebih mengutamakan baca al-Quran dan solat berjamaah terutama solat subuh.mari kita galakkan untuk berjamaah solat subuh, disamping baik untuk kesehatan juga baik untuk kesuksesan kita.
Kubur setiap hari menyeru manusia sebanyak lima kali:
Aku rumah kecil, maka kamu akan senang dengan membaca al-Quran
Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan sholat malam
Aku rumah penuh dengan tanah dan debu, bawalah amal sholeh yang menjaadi hamparan
Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Basmalah sebagai penawar
Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah bacaan @Laa ilaha illallah
Muhammadar Rasulullah' supaya kamu dapat menjawab kepadanya.

Lima Jenis Racun dan Lima jenis Penawarnya:

Dunia itu racun, zuhud itu penawarnya, harta itu racun, zakat itu obatnya. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu obatnya. Seluruh umur itu racun, taat itu jamunya. Seluruhtahun itu racun, Ramadhan itu obatnya. Nabi Muhammad SAW bersabda; "adaempat di pandang sebagai ibu " yaitu:
Ibu darri segala obat adalah makan
Ibu dari segala adab adalah sedikit berbicara
Ibu dari segala Ibadah adalah takut berbuat dosa
Ibu dari segala cita-cita adalah sabar

Orang tidak melakukan shalat:

Shubuh :dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Dzuhur: Tidak diberikan berkah dalam rizkinya
Ashar: Dijauhkan dari kesehatan dan kekuatan
Maghrib: Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya
Isya: Dijauhkan kedamaian dalam hidupnya

Kamis, 04 September 2008

Renungan di Bulan Suci Ramadhan 2008

Assalamu'alikum...Wr...Wb.
Alhamdulillah puji syukur ke Hadirat Allah SWT, kita ucapkan beresama karena kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan pada tahun ini, dengan kemantapan dan keikhlasan Ibadah.
kedua kalinya Sholawat dan salam tetap tersanjungkan kepada junjungan kita "Allah Humma shalli 'ala saidina Muhammaad Wa'ala Alii Saidina Muhammad" Rasul kita Nabi kita Muhammad SAW, karena beliaulah yang menunjukan kita dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar, dari agama yang sesat menuju agama yang benar yakni agama Islam, semoga kelak kita semua mendapat Syafaat dari-Nya amiiiiin.

Ketiganya, saya ucapkan pada semua pembaca Blogger ini selamat menjalankan ibadah Puasa pada bulan ini semoga ibadah kita dibulan ini mendapat Ridha dari Allah swt, dan saya ucapkan minal 'aidlin wal fa'izin mohon maaf lahir bathin. salah saya kepada kawan-kawan yang saya kenal antaranya. irsyadul alim,khusnul anis, muflih, kak athok, kak sakhok H. zaqi dan kawan lainya yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu di sini, untuk semuanya yang membaca blogger saya saya minta maaf baik yang saya sengaja maupun tidak.

keempat, Bulan Puasa memang datang setiap tahun, tapi belum tentu kita bisa setiap tahun jumpa, pada tahun kemarin kita masih tadarus dengan si A atau Si B tahun ini kita sudah tidak lagi bersama dll, belum tentu juga kita bisa mengikuti ibadah, karena munkin iman kita yang berubah sehingga tidak lagi puasa, itulah sunnatullah. oleh karena itu kita harus bersyukur kepada Allah SWT, karena kita masih diberi kesempatan untuk hidup dan iman yang masih kuat pada tahun ini dan semoga berkekalan sampai ajal tiba, amiiin perlu diingat bahwa kita tidak bisa memiliki diri kita sendiri, diri kita adalah milik Allah SWT, sewaktu-waktu akan diambil, apalagi harta benda yang lain yang kita cintai, jaadi jangan terlalu sedih bila kita kehilangan harta benda yang kita miliki atau kawan atau anak atau keluarga yang kita sayangi, karena semua akan kembali kepada Allah SWT, kita kembalii tidak akan membawa apapun kecuali amal kita waktu didunia, yang punya mobil mewah ditinggal, rumah megah ditinggal istri atau suami cantik ditinggal anak yang lucu-lucu ditinggal dll. yang bisa membantu kita adalah:
1.Sadaqoh jariah, banyak orang kaya yang sudah lupa bahwa hartanya ada hak orang lain yang harus diberikan, yang harus dizakati yang harus dibagikan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin, maka hati-hatilah orang kaya seperti itu yang tidak pernah sodaaqoh akan mendapat siksa dalam kubur dan masuk neraka, bertaubatlah segera sebelum ajal tiba,perbanyaklah sodaqoh di bulan suci ini, karena hanya sadaqah jariah yang bisa menolong kita dalm kubur nanti.
2. yang bisa menolong kita lagi adalah ilmu yang manfaat, banyak ilmu tapi ndak diamalkan itu seperti pohon rindang yang tak berbuah, ilmu sedikit tapi diamalkan dan bermanfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik orang. sebaik-baik orang disisi Allah adalh orang yang bermanfaat bagi orang lain. dan carilah ilmu sampai ke negeri China carilah ilmu dari liang rahim ke liang lahad.tapi catatan yang terpenting adalah manfaatkanlah ilmu itu untuk bekal di akhiratmu.
3. Di zaman sekarang ini dikatakan zaman moden yang mana semakin banyak anak yang kurang ajar sama orang tuanya, oleh karena itu didikan kepaada anak harus benar supaya anak kita menjadi anak yang soleh dan solehah karena dari doa anaklah yang bisa menolong kita di alam akhirat nanti, anak yang soleha dan soleh adalah aset penting untuk alam akherat kita. jangan salah asuh asah dan asih terhadap anak, supaya anak menjadi berbakti pada orang tua dan mendoakan orang tua ketika dalam akherat.

terakhir tingkatkan ibadah dg penuh keikhlasan di bulan suci ini,tingkatkan iman dan taqwa.karena belum tentu kita akan jumpa bulan suci yang akan datang, kesempatan yang ada gunakan dengan sebaik mungkin agar kita tidak menjadi orang yang merugi dikemudian hari.mari kita sama-sama bersaing dalam hal kebaikan.
maafkan segala kesalahan dan kehilafan.

akhirul kalam Waallahul Muwafiq ila Aqwamithoriq
wassalamu'alaikum ..wr..wb